Sepulang kantor, tubuhku menjadi tambah penat sehabis mengerjai Lia tadi. Kuparkir Mercy kesayanganku di sebuah mall yang terletak tak jauh dari kantorku. Kubergegas menuju sebuah salon dengan dekorasi yang didominasi warna merah itu.
“Mau diapain Pak” tanya resepsionis yang cantik.
Kulihat namanya yang terpampang di dada. Anggi, namanya.
“Creambath sama refleksi” jawabku.
“Mari dicuci dulu Pak” Anggi menyilahkanku ke tempat cuci.
Tak lama pegawai salon yang akan merawat rambutkupun datang. Kuperhatikan dia tampak masih ABG. Dengan tubuh yang kecil dan kulit sawo matang tapi bersih, wajahnya pun tampak manis dan imut. Walaupun tak secantik Lia, tapi wajahnya yang menyiratkan kemudaan dan keluguan itu menarik hatiku. Tapi yang paling menyedot perhatianku adalah buah dadanya yang besar untuk ukuran tubuhnya.
Dengan tubuh yang mungil, buah dadanya tampak menonjol sekali dibalik seragamnya yang berwarna hitam itu. Perawatanpun dimulai. Pijatan Dian, nama gadis ABG itu, mulai memberikan kenikmatan di tubuhku yang lelah. Tetapi tak kuduga setelah aku menyetubuhi Lia tadi, gairahku kembali timbul melihat Dian. Terutama karena buah dadanya yang tampak masih padat dan kenyal itu.
Benar-benar sexy sekali dilihatnya, ditambah dengan celana jeansnya yang sedikit di bawah pinggang sesuai mode masa kini, sehingga terkadang perutnya tampak ketika dia memijat bagian atas kepalaku. Setelah creambath, Dianpun yang memberikan layanan refleksi.
Karena tempat dudukku lebih tinggi darinya, kadang ketika dia agak menunduk, aku dapat melihat belahan dadanya dari balik T-shirtnya yang kancingnya sengaja dibuka. Begitu indah pemandangan itu. Semenjak aku menikmati Tari, gadis SMP dulu, belum pernah aku menikmati ABG belasan tahun lagi. Terlebih dulu Tari berdada kecil, sementara aku ingin mencoba ABG berdada besar seperti Dian ini.
Akupun mengajaknya mengobrol. Ternyata dia baru lulus SMA dan berusia 18 tahun lebih sedikit. Mau melanjutkan sekolah tidak ada biaya, dan belum mendapatkan kerja yang sesuai. Dia bekerja di salon tersebut sambil mencari-cari kerja yang lain yang lebih baik.
Singkat kata, aku tawarkan dia untuk melamar di perusahaanku. Tampak dia berseri-seri mendengarnya. Aku sarankan sehabis jam kerjanya kita dapat mengobrol lebih jauh lagi mengenai pekerjaan itu. Diapun setuju untuk menemuiku di food court selepas pulang kerja nanti.
Jam 8.00 malam, Dian menemuiku yang menunggunya di tempat yang telah disepakati itu. Kupesan makan malam sambil kita berbincang-bincang mengenai prospeknya untuk bekerja di perusahaanku. Kuminta dia mengirimkan surat lamaran serta ijazahnya secepatnya untuk diproses.
Kubilang ada lowongan sebagai resepsionis di kantorku. Memang cuma ada Noni resepsionis di kantorku, sehingga aku merasa perlu untuk menambah satu lagi. Setidaknya itulah pikiranku yang sudah diseliputi hawa nafsu melihat kemolekan tubuh muda Dian.
Sambil berbincang, mataku terus mengagumi buah dadanya yang tampak sekal menggiurkan itu. Ingin rasanya cepat-cepat kujilat dan kuhisap sepuas hati. Dian tampak menyadari aku menatap dadanya, dan dia tampak tersipu malu sambil berusaha menutup celah T-shirtnya.
Sehabis makan malam, aku tawarkan untuk mengantarnya pulang. Sambil meneruskan wawancara, alasanku. Dianpun tidak menolak mengingat dia sudah ingin sekali pindah tempat kerja. Terlebih penampilanku membuatnya semakin yakin.
Di dalam mobil, dalam perjalanan, kuteruskan perbincanganku mengenai job description seorang resepsionis di kantorku. Sambil berbincang kucoba meraba pahanya yang terbungkus jeans ketat. Sesekali tangannya menolak rabaan tanganku.
“Jangan Pak.. malu” alasannya.
Sementara itu, nafsuku sudah begitu menggelora dan motel jam-jaman langgananku pun sudah hampir tampak.
“Dian.. Terus terang saja.. Kamu memenuhi semua persyaratan.. Hanya saja kamu harus bisa melayani aku luar dalam untuk bekerja di perusahaanku.” tegasku sambil kembali mengerayangi pahanya. Kali ini tidak ada penolakkan darinya.
“Tapi Pak.. Dian nggak biasa..”
“Yach kamu mulai sekarang harus membiasakan diri ya..” kataku sambil meremas pahanya dengan tangan kiriku, sementara tangan kananku membelokkan setir Mercyku ke pintu masuk motel langgananku itu.
Mobilku langsung masuk ke dalam garasi yang telah dibuka oleh petugas, dan pintu garasi langsung ditutup begitu mobilku telah berada di dalam. Kuajak Dian turun dan kamipun masuk ke dalam kamar. Kamar motel tersebut lumayan bagus dengan kaca yang menutupi dindingnya. Tak lama, petugas motel datang dan akupun membayar rate untuk 6 jam.
Setelah si petugas pergi, kuajak Dian untuk duduk di ranjang. Dengan ragu-ragu dia patuhi perintahku sambil dengan gugup tangannya meremas-remas sapu tangannya. Kusibakkan rambutnya yang ikal sebahu dengan penuh kasih sayang, dan mulai kuciumi wajah calon resepsionisku ini. Kemudian kuciumi bibirnya yang agak sedikit tebal dan sensual itu. Tampak dia hanya bereaksi sedikit sambil menutup matanya. Hanya nafasnya yang mulai memberat..
Kurebahkan tubuhnya di atas ranjang, dan langsung tanganku dengan gemas merabai dan meremasi buah dadanya yang ranum itu. Aku sangat gemas sekali melihat seorang ABG bisa mempunyai buah dada seseksi ini. Kuangkat T-shirtnya, dan langsung kujilati buah dadanya yang masih tertutup BH ini. Kuciumi belahan dadanya yang membusung.
Ahh.. Seksi sekali anak ini. Dia masih tetap menutup matanya sambil terus meremas-remas sapu tangan dan seprei ranjang ketika aku mulai menikmati buah dadanya. Kubuka pengait BHnya yang tampak kekecilan untuk ukuran buah dadanya, dan langsung kuhisap dan kujilati buah dada gadis ABG salon ini.
“Eh.. Eh..” hanya erangan tertahan yang keluar dari mulutnya. Dian tampak menggigit bibirnya sendiri sambil mengerang ketika lidahku menari di atas putingnya yang berwarna coklat.
Dengan cepat puting itu mengeras pertanda siempunya sedang terangsang hebat. Segara kulucuti semua pakaianku sehingga aku telanjang bulat. Kemaluanku telah tegak ingin merasakan nikmatnya tubuh gadis muda ini. Akupun duduk di atas dadanya dan kuarahkan kemaluanku ke mulutnya.
“Jangan Pak.. Dian belum pernah..” katanya sambil menutup bibirnya rapat.
“Ya kamu harus mulai belajar donk..” jawabku sambil menyentuhkan kemaluanku, yang panjangnya hampir sama dengan panjang wajahnya itu, ke seluruh permukaan wajahnya.
“Katanya mau jadi pegawai kantoran..” aku mengigatkan.
“Tapi nggak akan muat Pak.. Besar sekali”
“Ya kamu coba aja sedikit demi sedikit. Dimulai dari ujungnya dulu ya sayang..” perintahku lagi.
Dianpun mulai membuka mulutnya. Kusodorkan kemaluanku dan sedikit demi sedikit rasa hangat yang nikmat menjalari kemaluanku itu, ketika Dian mulai menghisapnya. Kuangkat kepalanya sedikit sehingga dia lebih leluasa menghisapi kemaluan calon bosnya ini.
“Ya.. Begitu.. Sekarang coba lebih dalam lagi” kataku sambil mendorong kemaluanku lebih jauh ke dalam mulutnya.
Kemudian kutarik keluar kemaluanku dan kuarahkan mulut gadis ABG ini ke buah zakarku.
“Sekarang kamu jilat dan hisap ini ya.. Sayang”
Dianpun menurut. Dijilatinya dan kemudian dihisapnya buah zakarku satu per satu. Demikian selama beberapa menit aku duduk di atas dada Dian dan mengajarinya memberikan kenikmatan dengan menggunakan mulutnya. Mulutnya tampak penuh sesak ketika ia menghisapi kemaluanku.
Setelah puas menikmati hangatnya mulut Dian, aku kembali gemas melihat buah dadanya yang membusung itu. Kembali kunikmati buah dadanya dengan mulutku. Kembali Dian mengerang tertahan sambil mengatupkan bibirnya. Sementara itu, akupun melucuti celana jeansnya dan sekalian celana dalamnya. Tampak vaginanya yang bersih tak berbulu seperti menantang untuk digenjot kemaluanku.
Tanganku meraba-raba vaginanya dan tak lama menemukan klitorisnya. Kuusap-usap klitorisnya itu, sementara mulutku kembali dengan gemas menikmati buah dadanya yang besar menantang. Terdengar dengusan nafas Dian semakin dalam dan cepat.
Matanya masih menutup demikian juga dengan bibirnya. Tangannya tampak semakin keras meremas sprei ranjang kamar. Aku sudah ingin menyetubuhi gadis ABG petugas creambath ini. Kurenggangkan pahanya sementara kuarahkan kemaluanku ke liang nikmatnya.
“Pelan-pelan ya Pak..” pintanya sambil membuka mata.
Tak kujawab, tapi mulai kudorong kemaluanku menerobos liang vaginanya. Memang dia sudah tidak perawan lagi, tetapi vaginanya masih sempit menjepit kemaluanku.
“Ahh..” jeritnya ketika kemaluanku telah menerobos vaginanya. Tak kuasa lagi dia untuk menahan jeritan nikmatnya.
Mulai kugenjot vaginanya, sambil kuremas-remas buah dadanya. Makin keras erangan Dian memenuhi ruangan itu.
“Ahh.. Ahh..” erangnya seirama dengan goyanganku.
Buah dadanya bergoyang menggiurkan ketika aku memompa vaginanya. Sesekali kuhentikan goyanganku untuk kembali menghisapi buah dadanya yang besar dengan gemas. Hampir 20 menit terus kupompa gadis ABG manis pegawai salon ini. Tiba-tiba dia mengerang dan mengejang hebat tanda orgasme. Tampak butir keringat mengalir membasahi wajahnya yang manis. Kuseka keringatnya dengan penuh kasih sayang.
Kemudian kunaiki kembali tubuhnya dan kali ini kuletakkan kemaluanku diantara buah dadanya yang kenyal itu. Tanganku merapatkan buah dadanya, sehingga kemaluanku terjepit diantaranya. Nikmat sekali rasanya dijepit buah dada gadis ABG semanis dia.
Mulai kugoyangkan badanku maju mundur sehingga buah dadanya yang kenyal menggesek-gesek kemaluanku dengan nikmat. Kadang kulepaskan kemaluanku dari himpitan buah dadanya untuk kemudian kusorongkan ke mulutnya untuk dihisap. Kemudian kembali kujepitkan diantara buah dadanya yang ranum itu.
Kira-kira 15 menit lamanya kemaluanku menikmati kenyalnya buah dada dan hangatnya mulut Dian. Akupun merasa akan orgasme, dan tak lama kusemburkan cairan ejakulasiku di atas buah dada Dian. Dengan kemaluanku, kuoleskan spermaku keseluruh permukaan buah dadanya yang sangat membuatku gemas itu.
“Pak.. Jangan bohong lho janji Bapak..” ujar Dian saat kami telah meluncur kembali di dalam mobilku.
“Oh nggak, sayang.. Cepat saja kamu kirim lamarannya ya” jawabku.
Dianpun tersenyum senang mendengarnya. Terbayang olehnya kerja di kantor yang merupakan cita-citanya. Akupun tersenyum senang membayangkan buah dada Dian yang akan dapat aku nikmati sepuasnya nanti. Kuturunkan Dian dipinggir jalan sambil kuberi uang untuk ongkos taksi.
“Terimakasih ya Pak Robert” katanya ketika dia turun dari mobilku.
“Sama-sama Dian” jawabku sambil melambaikan tangan.
Kukebut mobilku menuju jalan tol. Hari telah larut malam. Jalanan telah menjadi lenggang. Ingin rasanya cepat sampai di apartemanku setelah hari yang melelahkan ini. Tiba-tiba aku sadar kalau aku belum mentest secara seksama kemampuan Dian untuk menjadi resepsionis. Interpersonal skill, bahasa Inggris, telephone manner, dan lain-lain. Rupanya aku hanya terbuai oleh buah dadanya yang nikmat itu.
Biarlah nanti bagian HRD yang mentestnya, pikirku. Kalau lulus ya diterima, kalau nggak ya nggak apa-apa. Toh aku sudah puas menikmati buah dadanya he.. He..
Related Posts :
Petik Mangga 69 - Perkenalkan namaku Andi, kejadian ini terjadi sebelum aku menikah dan berkeluarga, dulu aku tinggal di kota P di bilangan Jakarta Pusat, di belakang rumahku tinggal keluarga M. Sebenarnya dia masih ada famili jauh, tapi hubungan saudaraku hanya dengan bapaknya yang sepupu dari ibuku, sedangkan Iis adalah anak yang dibawa dari istri Omku M karena dia menikahi janda teteh I dari daerah bogor. Saat aku masih dibangku SMP hingga SMA aku suka main dirumahnya, dan karena pengaruh dari buku-buku porno dan juga film BF aku mulai berani memegang-megang bagian sensitif dari tubuh Iis, keluarga M tidak curiga karena aku masih mereka anggap saudara atau keponakan walau jauh. Dulu sering saat dia sedang menyapu aku peluk dari belakang dan meraba-raba payudaranya atau saat aku menginap aku meremas-remas tangan dan mengelus pahanya, Iis masih lugu saat itu dan hanya respon birahi yang dia berikan tanpa dia mengerti harus bagaimana saat itu, akupun sering beronani dan membayangkan seandainya aku bersetubuh dengannya. 3 tahun berlalu, dan kini aku bekerja diperusahaan export import, Iis pun menikah dengan W pria yang juga masih tetangganya di kota P. W adalah pria yang berpenghasilan dengan menjadi tukang ojek. Aku sudah tidak tinggal di kota P, tapi kost di daerah T yang masih dalam wilayah Jakarta juga, hal ini agar dekat dengan tempat aku bekerja. Saat itu aku sedang dinas luar, dan karena kebetulan lewat daerah P, maka aku sempatkan mampir kerumah Om M untuk sekedar beristirahat sebentar, ternyata Om M sedang kerja dan teteh I sedang menunggu warung nasinya, yang ada hanya adik Om M yang tuna rungu atau bisu. Saat itu pernikahan Iis baru 1 tahun, saat aku datang dia sedang menonton sinetron di televisi dan mengenak daster tanpa lengan. “Hai Is.. Apa kabar?” sapaku. “Eh Andi.. Lama ngga keliatan, ayo masuk.. Tumben, ada apa nih?” sahutnya lembut. “Kebetulan aku lewat sini jadi sekalian mampir” jawabku. Dia membuka lemari es dan memberikanku segelas air dingin, setengah jam kemudian dari mulutnya meluncur cerita tentang W sang suami, dulu suaminya itu tukang jajan ke tempat prostitusi dan jika berhubungan intimpun hanya sebentar.. Kadang penisnyapun tidak mau ereksi. Aku mendengarkan ceritanya dengan santai, dan akhirnya dia mengatakan soal aku dan dia dulu yang membuat jantungku berdegup keras. “Jadi ingat dulu ya di? Saat kita masih..” Kujentikkan jariku dimulutnya agar tidak meneruskan kalimatnya dan secara spontan kuremas jemari tangannya, dan kulumat bibirnya dengan penuh bernafsu serta kupeluk tubuhnya erat. Iis melenguh tanda birahinya juga mulai memuncak. “Arghh.. Di.. Ohh..” Peniskupun sudah sangat tegang seakan akan loncat dari tempatnya dibalik celana panjang kerjaku. Kini kuarahkan lidahku ke lehernya, kemudian turun kebelahan dadanya, isis makin mendesah hebat dan reflek tangannya membuka reluiting celanaku dan mencari penisku yang sudah menegang keras. Dikocoknya penisku lembut dan perlahan, rasa nikmat menjalar diseluruh tubuhku. Kubuka tali dasternya dan kini Iis hanya mengenakan bra dan celana dalamnya saja.. Sedangkan jari jemari Iis mulai melepas kemejaku, dan dengan lihai dia melepas celana panjangku, ku buka bra yang menutupi payudaranya yang masih terhitung kencang karena Iis belum mempunyai anak, kujilati dan kuremas pelan kedua bukit indahnya itu.. “Shh.. Andi.. Oh.. Andi.. Sayanng.. Enaak.. Ahh” desahannya membuat libidoku makin meninggi dan meledak-ledak. “Ka.. Mu.. Sek.. Si iss.. Ssh..” ucapku terputus-putus karena gelegak birahi yang meletup-letup. Rasa penasaranku pada saat aku masih duduk dibangku dibangku sekolah harus kutuntaskan, toh dia kini sudah ada yang punya, pikirku. Aku tak membuang banyak waktu, kulepaskan celana dalamnya yang berwarna putih dan kulepaskan juga celana dalamku, hingga penisku kini berdiri tegang bebas dan siap menuju lubang surgawi milik Iis.. Kuarahkan mulutku keliang vaginanya.. Lalu mulai kujilati vaginanya yang sudah basah karena dia sudah mengalami birahi yangs angat tinggi, dan sesekali kuhisap itilnya yang kemerahan. “Uff.. Andi.. Ka.. Mu apakan me.. Mek iiss.. Akh.. Bang W tidak per.. Nah lakukan ini.. Ouh.. Ssh.. Arghh” Iis mulai meracau, mungkin suaminya karena dulunya sering jajan diluar makanya jarang atau bahkan tidak mengerti apa itu foreplay. Kesempatan.. bathinku.. Jilatanku makin menggila dan Iis mengoyangkan pinggulnya kekiri dan kekanan pertanda dia sudah lupa diri dan lupa segala-galanya bahwa kini statusnya adalah istri W. “Ohh.. Andii.. Iis.. Ga tahaan.. Masukiin doong.. Pleasee.. Ahh.. Masukin kontolmu di.. Ahh..” Kulihat Iis sudah tidak sabar lagi untuk menggapai orgasme dan membuka vaginanya lebar-lebar dengan melebarkan kedua kakinya.. Kuhujamkan penisku ke memeknya yang sudah basah.. Lebih mudah bagi penisku dan langsung masuk kedalam vaginanya.. “Oughh.. Arghh.. Ohh.. Kontol Andi enak.. Ahh.. Coba da.. Ri du.. Lu ann.. Ohh” Iis meracau tak karuan, kugenjot penisku keluar masuk liang surgawinya dan lambat laun makin cepat dan cepat, sehingga menimbulakn suara “Plokk.. Plok..” diseluruh ruangan..30menit berlalu kuhujamkan penisku kedalam liang surgawinya, tiba-tiba.. Memeknya menjepit keras penisku dan dia memmeluk erat serta menggigit putingku.. Rupanya dia sebentar lagi akan orgasme.. Kupacu penisku lebih cepat dan tubuhnya menggelepar-gelepar karena nikmat. “Andii.. Iis ke.. Lu.. Arr..” “Iya.. Sayang.. Aku juga.. Sebeenn.. Tar lagii” ucapku menderu.. Karena penisku juga sudah mengeras dan berdenyut-denyut siap memuntahkan laharnya.. “Iiss.. Ohh.. Aku.. Juga.. Ke.. Luarr..”. Tubuhku ambruk didadanya, dengan tubuh berkeringat kuelus payudaranya dan kucium bibirnya.. “Is.. Barang kamu enak..”.. “Barang kamu juga di.. Ahh..” sahut Iis lemas tak berdaya. Tanpa kami sadari ada sepasang mata mengawasi dari tadi, bahkan mungkin dari awal, kulirik ruangan sebelah yang hanya tertutup tirai, kulihat disebelahku Iis sudah tertidur pulas karena kelelahan, kuhampiri orang yang mengintipku sejak tadi, ternyata dia adalah adik omku M yang bisu, tanpa sehelai benangpun kuhampiri dia, adik omku ini bertubuh agak gemuk dan kulitnya agak kecoklatan, dia hanya menatap penisku yang kini sudah mulai kembali tegang. Kutunjuk dengan jari kearah penisku dengan maksud apakah dia menginginkan ini juga seeprti yang dilihatnya tadi. Kuraih tangannya untuk memegang penisku, tangannya gemetar karena aku tahu pasti dia belum pernah disentuh laki-laki apalagi diraba, aku takut ada orang lain lagi yang datang dan ada mata lain yang menangkap basah perbuatanku ini, maka segera kubuka bajunya dan seluruh pakaian dalamnya, kusedot dan kuhisap payudaranya dan kumasukkan jariku ke dalam vaginannya.. “Uhh.. Mphh.. Shh” Mbak M mulai keenakan karena mungkin dia sudah horny dari tadi melihat adeganku dengan Iis, kuhujamkan penisku agak keras kelubangnya yang masih virgin alias perawan, kututup mulutnya agar tidak berteriak atau mengeluarkan suara keras, hingga membangunkan Iis atau terdengar oleh yang lain. Kugenjot makin cepat dan cepat, Mbak M kusuruh menungging dan tangannya berpegangan pada bibir ranjang, kugenjot penisku keluar masuk, tiba-tiba dia berbalik lalu denga ganasnya memegang penisku untuk dimasukkannya ke memeknya dari depan lalu mengajakku jatuh keranjangnya, kugenjot lagi dia dengan posisi normal seperti yang dia inginkan.. “Mph.. Argh.. Uhh.. Ah.. Akhh” karena bisu dia tidak bsia mengatakan akan orgasme atau keluar, maka dia memeluk erat dan menggigit leherku lalu terkulai lemas dengan mata terpejam, aku harus orgasme juga dengannya, pikirku.. Tidak perduli dia sudah terkulai lemas dan memejamkan mata, kugenjot dia cepat dan penisku mulai berdenyut-denyut agak lama kini aku mengalami orgasme, karena sepengetahuanku, jika pada permainan kedua laki-laki akan mempunyai daya tahan yang agak lama. Nafasku mulai membur dan sambil kugenjot memek Mbak M yang sudah basah itu kucumbui bibirnya walaupun Mbak M tidak merespon atau mungkin tidak tahu bagaimana cara berciuman. “ssh.. Mbak.. Aku mau munn.. Cratt.. Arghh” kutumpahkan spermaku didalam liang vaginanya yang hangat.. Ahh.. Nikmat sekali istirahatku siang ini.. Kukenakan pakaianku dan kubangunkan Iis untuk berpamitan, sambil kubisikkan padanya. “Lain kali kita ketemu diluar ya?” Iis hanya menjawab dengan anggukan dan senyuman. Setelah kejadian itu aku dan Iis beberapa kali bertemu di hotel dan mengulang serta mereguk dahaga akan seks diantara kami berdua, sampai akhirnya setahun aku tidak bertemu dengannya lagi. Kudengar kini Iis sudah mempunyai seorang anak dari pernikahannya dengan W. Entah kenapa sejak pagi ini aku terus memikirkan Iis, rasa rindu untuk bersetubuh lagi dengannya begitu kuat dan menggebu, hingga akhirnya kuberanikan diri kembali untuk datang ke rumahnya siang ini disela waktu kerjaku. Kuketuk pintu beberapa kali, seperti biasa rumah itu terlihat lengang dan sepi. Agak lama aku menunggu di muka pintu sampai akhirnya pintu terbuka dan yang membukakannya adalah Imah adik Iis, perlu juga aku ceritakan bahwa Omku MJ menikah dengan seorang wanita ynag sudah menjanda 2 kali yaitu teteh I dan dia membawa 2 orang anak yaitu Iis dan Imah dan keduanya berlainan bapak. “Eh Kak andi, sudah lama nggak ketemu.. Masuk Kak,” ucap Imah seraya membuka pintu. Suasana rumah persis seperti dulu aku datang lenggang dan sepi. “Pada ke mana Mah?” ucapku basa-basi. “Mama jaga warung, Papa kerja..” jawab Imah, “Engg.. Kalo Kak Iis?” tanyaku lagi cepat. “Kak Iis sudah nggak tinggal disini, dia ngontrak dengan Om W di kota T,” lanjutnya. Ada rasa kecewa dihatiku karena segala hasrat dan pikiran kotorku sejak pagi ini tidak kesampaian. Imah adalah gadis yang beranjak dewasa, tubuhnya ramping dan agak kecil. Tapi kulitnya benar-benar putih mulus dan bibirnya merah merekah yang membuat lelaki manapun akan gemas melihatnya. Saat itu Imah hanya mengenakan kaos you can see/kaos tanpa lengan dan celana pendek olahraga yang sangat pendek dan minim. Sempat aku menelan ludah melihat pahanya yang mulus dan menantang itu, tapi aku berusahan sebisa mungkin menahan gejolak nafsu yang sejak pagi ini begitu menggebu. “Imah masih sekolah ya?” tanyaku untuk menghilangkan kegalauan. “Ihh.. Enak aja, makanya Kak Andi sering-sering main dong ke sini, sekarang Imah sudah kerja tauu..” ucapnya dengan gaya manja. “Oh ya? Wah nona Imah yang cantik ini sudah besar rupanya ya?” lanjutku. Kulihat Imah tersipu malu, terlihat dari wajah putihnya yang merona merah. Entah keberanian dari mana, tiba-tiba kata-kata ini meluncur dari mulutku, “Imah.. Sekarang kamu bener-bener cantik dan sexy deh..” ucapku sambil menelan ludah. “Ihh.. Kak Andi gombal ah..” balasnya seraya tertawa renyah dan mencubit pahaku. “Ehh… Berani nyubit Kak Andi ya? Sakit tau..” jawabku sambil pura-pura menunjukkan rona muka kesakitan. Kukejar dia yang mencoba menghindar dan berlari kecil dariku. Tiba-tiba Imah terjatuh di karpet ruang tamu karena tersandung pinggiran sofa, akupun tidak kehabisan akal, kuikuti dia dan ikut pula pura-pura terjatuh dan menindih tubuhnya yang telentang di karpet ruang tamu. Tubuhku merapat dengan tubuhnya, dadanya yang tidak terlalu besar tapi sexy itu naik turun seakan menahan gejolak, bagi gadis remaja yang mulai beranjak dewasa itu. Kupandangi mata dan bibirnya yang merakah itu, spontan saja kubelai lembut rambut dan keningnya, tidak ada gerakan penolakan darinya.. Bahkan ketika kucium bibirnya dan melumatnya dengan penuh bernafsu.. Imah tidak menolak, bahkan melayani pagutan demipagutan bibirku. Lidah kami slaing mnejelajah dan nafas kami berdua mulai tak teratur, dan terdengar menderu terpacu birahi. Tanganku bergerilya dibalik kaosnya, dengan lihai kubuka ikatan tali bra miliknya yang menutupi kedua buah dadanya. Terasa detak jantung Imah berdegup keras, mungkin dia belum pernah diperlukan seperti ini oleh lelaki ataupun pacar-pacarnya dulu. Kuangkat kaosnya sebagian keatas, hingga kini buah dadanya terlihat jelas dipelupuk mataku, sambil terus kupagut bibirnya, kuremas lembut payudaranya dari bawah sampai puncak putingnya. Imah menggelinjang hebat dan mulai mendesah hebat sambil memejamkan matanya.. “Ahh.. Kak.. Ann.. Ouhh” desahnya membuat libidoku makin meninggi. Lalu lidahku turun kelehernya.. Kebelahan dadanya.. Dan akhirnya kujilati dan kusedot teteknya yang mulai mengeras. “Arghh.. Kakk.. Ughh.. Mphh..” Imah mendesah penuh nimat, sambil terus kujilat dan kusedot putingnya, kubuka celana pendeknya, hingga Imah hanya mengenakan celana dalamnya saja yang berwarna biru. Kuraba permukaan vaginanya yang masih tetutup CD, kuremas-remas pelan dan kusodok-sodok dengan jari jemariku yang lihai menggerayangi mekynya. “Uhh.. Kak.. An.. Di.. Ahh.. Aduhh.. Kak.. Kok. Gi.. Ni sih ahh.. E.. Nakk.. Ohh..” Imah sudah mulai meracau tak kuasa menahan nikmat yang menghinggapi sekujur tubuhnya. Kubuka celana panjangku dan kutuntun tangannya untuk menggengam penisku., kugerakkan tanganya agar membuat gerakan mengocok penisku yang sudah begitu snagat tegang dan tak sabar ingin meraih kenikmatan. Kulepaskan celana dalamnya, yang tertinggal kini hanya mey-nya yang ditumbuhi bulu-bulu halus dipermukaannya. Kuarah lidahku ke liang kewanitaannya, Imah terhenyak kaget dan matanya terbelalak, karena seumur hidup dia belum pernah diperlakukan seperti ini padanya. “Kakk.., Uhh.. Ge.. Lii.. Ahh.. Kak.. Andi.. Mphh.. Geli.. Uohh.. Enak.. Me.. Mek Imah.. Ahh..” racau Imah tidak karuan, memeknya mulai basah pertanda birahinya sudah sangat memuncak. Kuarahkan penisku keliang vaginanya, sempit dan tertahan sesuatu.. “Kakk.. Arghh.. Sa.. Kiit.. Imah.. Takut Kak..” ujarnya terputus-putus antara sakit dan nimat. “Takut apa Mah?” ucapku masih dengan nafas menderu. “Imah takut hamil kakak..” ujarnya lagi. “Kalau hanya sesekali tidak akan hamil Mah..” rayuku karena nafsuku sudah begitu membludak, diotakku hanya berkata bahwa hari ini aku harus mereguk kepuasan dari gadis ramping dan mulus ini. “Ja.. Ngan disini Kak.. Imah takt.. Nan.. Ti ada orang..” nafasnya masih tak teratur. “Jadi Imah mau kita ke hotel? Emangnya Imah nggak kerja?” lanjutku. Imah menggeleng, “Imah lagi off Kak..” karena dia bekerja sebagai SPG di sebuah mall makanya liburnya justru pada saat hari kerja. Kupacu motorku kedaerah menteng, dan kucari hotel yang bertaraf sedang, tidak terlalu mewah tapi cukup untuk berdua tuntaskan hasrat, dalam hati aku tertawa, gila.. Dulu hotel ini kupakai bersama Iis, kini dengan Imah adiknya walau mereka berasal dari dua bapak yang berbeda. Kuparkir motorku dan bergegas menuju resepsionis, agak tergesa memang, karena nafsuku yang sempat membludak tadi menjadi tertunda. Sesampai dikamar hotel kulumat rakus bibirnya dan smabil dengan posisi berdiri kami tanggalkan semua pakaian yang melekat ditubuh kami. Bagai dua orang yang sangat haus dan lapar akan seks, kami berdua saling bercumbu dan berguling diranjang hotel yang empuk, kini Imah benar-benar meluapkan nafsunya karena sudah tidak ada lagi rasa khawatir di didrinya akna ada orang yang melihat. Kujilati tetenya yang mengeras dan kusedot putingnya membuat Imah mendesah dan meracau sejadi-jadinya. “Kakaak An.. dii ahh.. Teruuss.. Terussiin kaka.. Auhh.. Imahh enakk nihh..” Imah menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan benar-benar kewalahan akan seks dan kenikmatan yang baru direguknya. Kujilati memeknya yang basah oleh cairan, kujelajahi liang surgawinya dengan lidahku dan sesekali menghisap dan menggigit kecil klitorisnya, tubuhnya menggelepar.. Tanganya meremas rambutku dan Imah menggigit bibirnya saking nikmatnya. 10 menit berlalu dan jilatanku pada memeknya makin liar dan menjadi-jadi. Tiba-tiba tubuhnya mengejang, tangannya mencengkram rambutku begitu kuat, setengah histeris Imahh berteriak dan mendesis.. “Ahh.. Kaa.. Imaahh.. Ke.. Luarr.. Ahh..” Lalu semenit kemudian tubuhnya lunglai dan terkulai lemas diranjang. Kubiarkan Imah menikamti orgasmenya.. Kujilati tetenya dan sesekali kuciumi bibirnya, sampai akhirnya libidonya kembali bangkit. Kuarahkan penisku kemulutnya, Imah sempat menggelemg tidak mau melakukannya. “Imah belum.. Pernah Kak..” ucapnya pelan. Aku tersenyum dan berkata, “Pelan-pelan Mah.. Kak Andi ajari..” Pertama Imah mengoral penisku terasa giginya mengenai batang penisku dan membuat ngilu, tapi 5 menit kemudian dia sudah lihai dan benar-benar pandai mengocok penisku dimulutnya.. Penisku makin mengeras dan Imah makin ketagihan dan makin cepat mengocok penisku didalam mulutnya, aku mengerang penuh nikmat.. “Arghh.. Imah.. Oh.. Ka.. Mu pintarr.. Sayaang.. Ohh.. Iya teruss.. Enaak..” racauku. Kukeluarkan penisku dari mulutnya, lalu kuarahkan pada vagina yang sudah licin setelah orgasmenya yang pertama tadi, kini penisku setengah masuk ke memeknya.. “Ouh.. Maasih.. Sa.. Kit Kak..”. ucap Imah denga wajah meringis.. Kutarik keluar pelan-pelan.. Lalu kuhujamkan lagi lembut, makin lama penisku makin terbenam kedalam liang memeknya yang sempit.. Dan ketika kurasa tinggal sedikit lagi kutekan agak keras.. “Ahh.. Kakk.. Imah setengah menjerit” Karena kaget ketika seluruh penisku amblas didalam liangnya. Kumaju mundurkan pantatku, dan terdengar suara decakan dari liang surgawinya, kugoyang sedikit penisku sehingga membuat memek Imah berdenyut-denyut. “Ahh.. Kakakk.. Enaak.. Kak.. Benerr.. Dehh.. Uhh.. Teruss.. Imah.. Inginn.. Ini.. Teruss.. Ahh,” racau Imah lagi. Kugenjot makin cepat.. Cepat dan cepat.. “Imahh.. Ohh.. Memekmu sempit mah.. Uhh.. Nikmatt” desahku ke enakan.. “Kak andi.. Ihh.. Kok ginii sihh.. Enakk bangett.. Ahh.. Imahh nggak tahaan nih.. Kakk..” Imah mendesah hebat. Genjotan penisku di liang memeknya makin menggila dan kurasakan penisku mulai berdenyut-denyut siap memuntahkan sprema. Tubuh Imah bergetar dan mengejang hebat.. “Kakk.. Ahh.. Teruss.. Dikiit lagi.. Imahh mau.. Keluarr lagii.. Ouhh,” desah Imah panjang mengiringi orgasmenya. Akupun ingin tuntaskan permainanku dan mencapai orgasme.. Aku menggeram hebat dan nafasku makin menderu.. “Aku.. Ju.. Ga.. Ma.. Uu.. Keluarr Mahh.. Arhh” Tubuhku terkulai lemas diatas tubuhnya, kami bersimbah peluh dan saling tersenyum penuh nikmat. Kamipun melakukannya lagi dan benar-benar memuaskan dahaga seks kami berdua hingga siang berganti malam.
Perkenalkan namaku Andi, kejadian ini terjadi sebelum aku menikah dan berkeluarga, dulu aku tinggal di kota P di bilangan Jakarta Pusat… Read More...
Petik Mangga 69 - Menginap di Hotel Bersama Mama Tercinta
Jumat siang, sepulang dari kuliah, saya diajak ibu kepesta perkawinan keluarga di luar kota, yang jaraknya kurang lebih 200 km atau 4 j… Read More...
Petik Mangga 69 - Ngentot Gadis Jogging Di Taman
Aku seorang laki-laki yang masih menganggur. Umurku 30 tahun, sebut saja namaku Jhony (nama samaran). Begini ceritaku..
Setiap pagi di … Read More...
Petik Mangga 69 - Malam Minggu Yang Nikmat
Malam Minggu Yang Nikmat
Petik Mangga 69 - Pijat memang terbukti mampu meregangkan otot yang kaku dan menyegarkan tubuh. Makanya suam… Read More...
Petik Mangga 69 - Di Pijat Sama Cewek Seksi
Di Pijat Sama Cewek Seksi
Petik Mangga 69 - Sebelumnya aku perkenalkan diri, namaku Indra (samaran), 21 tahun, tinggi 171 cm, berat y… Read More...
0 Response to "Petik Mangga 69 - Terbuai Dengan Buah Dada Besar Gadis ABG"
Post a Comment