SELAMAT DATANG DI INIPOKER.COM MINIMAL DEPOSIT 15.000 MINIMAL WITHDRAW 25.000 DAN DAPATKAN BONUS CASH BACK 0.3% DI BAGIKAN 2 KALI DALAM SEMINGGU Petik Mangga 69 - Presenter TV yang Berbulu Lebat Wangi | PETIKMANGGA69

Petik Mangga 69 - Presenter TV yang Berbulu Lebat Wangi




Aku ikut dalam acara reality show di salah satu tv swasta. Presenternya, Nini, sangat seksi. aku napsu sekali melihatnya. Selama show, bodinya yang bahenol terbungkus dengan tank top ketat dan jeans yang juga ketat. Toketnya yang besar tampak sangat menonjol. Pantatnya yang besar juga tampak sangat menggairahkan.Karena tank topnya sepinggang, puser dan pinggangnya sering terlihat karena dia sangat aktif bergerak.

Acara tersebut adalah acara mencari pasangan. Pada satu kesempatan, aku berkata pada Nini : “Aku sih milih Nini aja deh boleh gak. Dari pertama kita ketemu, aku sudah tertarik dengan kamu Nes”. “Kan Nini host nya, gak termasuk dalam prempuan yang mencari pasangannya. Mas boleh milih Siti atau yang lainnya”. “Enggak ah, aku milih Nini aja yach”. “Kalo gitu kita omongin diluar acara aja ya mas, macem2 aja si mas teh”, katanya sambil tersenyum. Ketika sampai waktunya harus menentukan aku tidak memilih siapapun.

Nini hanya tersenyum ketika aku menyatakan alasanku tidak memilih, “Kan aku maunya milih Nini tapi gak bisa”. Selesai acara yang diselenggarakan disalah satu resort diluar kota, aku nungguin Nini. Lama juga aku nunggunya, akhirnya dia keluar juga dari resort, masih memakai pakaian seksinya. “Nini pulang ama siapa?”, tanyaku. “Sendiri mas, mas mo nganterin Nini pulang”, dia minta to the point. “Bole banget, tapi pulangnya ke tempatku ya”. “Mo ngapain di tempat mas”. “Aku mo ngobrol ama Nini, belum puas ngobrolnya sih”.

“Belum puas ngobrolnya atau mo ngepuasin yang lainnya mas?”, katanya nantangin. “Kalo aku minta dipuasin yang lainnya, Nini mo muasin aku gak”, langsung kujawab, to the point juga. “Bisa diatur”, kata Nini sambil masuk ke mobilku. Dalam perjalanan pulang, kami ngobrol ngalor ngidul, Nini sangat open. Dia crita petualangan sexnya dengan banyak lelaki, terutama dengan yang bukan abg. Dia bilang sudah sebulan ini dia gak kencan ama lelaki. “Wah, kalo gitu kamu dah napsu banget dong Nes. Aku kan sudah gak termasuk abg, jadi boleh dong ikut dalam petualangan Nini”.

“Bisa diatur kok mas”. Selama perjalanan, aku mengelus pahanya, dari luar jeans ketatnya tentunya. “Ih, si mas, dah napsu sama Nini ya”. “Kalo napsu sih dari tadi Nes”. “Kalo dah napsu artinya dah ngaceng ya mas”, katanya sambil mengelus selangkanganku. “Ih, kayanya besar ya mas, keras lagi”, dia mulai meremas selangkanganku. “Nini mo liat duluan, buka aja ritsluitingnya”. Dia segera menurunkan ritsluiting celanaku dan tangannya masuk ke dalam cd ku merogoh penisku. “Ih besar banget mas, panjang lagi.

Nini belum pernah ngerasain yang sebesar dan sepanjang ini”, katanya sambil mengeluarkan penisku. Segera dikocok2nya batangnya. Lalu Nini menunduk dan mengemut kepala penisku. “Nes, diisep sampe aku ngecret dong”. “Tempatnya sempit mas, Nini kocok aja yach. Nonok Nini jadi basah mas, dah kepingin kemasukan penis gede mas”, dia mulai mengocok penisu keatas dan kebawah. Aku jadi melenguh kenikmatan. “Masih jauh mas, tempatnya”. “Enggak kok Nes, sebentar lagi sampe”, kataku sambil mempercepat lajunya kendaraanku.

Tak lama kemudian, sampailah kami dirumah milik kantorku. Aku belum ngecret dan Nini menyudahi sepongannya. “Mas, besar banget rumahnya kaya penis mas aja besar, punya mas ya”. “Bukan Nes, punya kantor. Ini mes kantor, buat tamu yang perlu nginep. Sekarang lagi kosong, jadi kita pake aja yach”. Kami menuju ke bagian belakang rumah, ada kolam renang disana. Tempatnya teduh karena banyak pepohonan dan tertutup tembok tinggi sehingga gak mungkin ada yang bisa ngintip.

Aku duduk didipan dipinggir kolam renang, Nini duduk disebelahku. Aku memeluknya. Kucium pipinya sambil jemariku membelai-belai bagian belakang telinganya. Matanya terpejam seolah menikmati usapan tanganku. Kupandangi wajahnya yang manis, hidungnya yang mancung lalu bibirnya. Tak tahan berlama-lama menunggu akhirnya aku mencium bibirnya. Kulumat mesra lalu kujulurkan lidahku.

Mulutnya terbuka perlahan menerima lidahku. Lama aku mempermainkan lidahku di dalam mulutnya. Lidahnya begitu agresif menanggapi permainan lidahku, sampai-sampai nafas kami berdua menjadi tidak beraturan. Sesaat ciuman kami terhenti untuk menarik nafas, lalu kami mulai berpagutan lagi dan lagi. Kubelai pangkal lengannya yang terbuka. Kubuka telapak tanganku sehingga jempolku bisa menggapai permukaan dadanya sambil membelai pangkal lengannya. Bibirku kini turun menyapu lehernya seiring telapak tanganku meraup toketnya.

Nini menggeliat bagai cacing kepanasan terkena terik mentari. Suara rintihan berulang kali keluar dari mulutnya di saat lidahku menjulur menikmati lehernya yang jenjang. “Maas….” Nini memegang tanganku yang sedang meremas toketnya dengan penuh napsu. Bukan untuk mencegah, karena dia membiarkan tanganku mengelus dan meremas toketnya yang montok. “Nes, aku ingin melihat toketmu”, ujarku sambil mengusap bagian puncak toketnya yang menonjol.

Dia menatapku. Nini akhirnya membuka tank top ketatnya di depanku. Aku terkagum-kagum menatap toketnya yang tertutup oleh BH berwarna hitam. Toketnya begitu membusung, menantang, dan naik turun seiring dengan desah nafasnya yang memburu. Sambil berbaring Nini membuka pengait BH-nya di punggungnya.

Punggungnya melengkung indah. Aku menahan tangan Nini ketika dia mencoba untuk menurunkan tali BH-nya dari atas pundaknya. Justru dengan keadaan BH-nya yang longgar karena tanpa pengait seperti itu membuat toketnya semakin menantang. “Toketmu bagus, Nes”, aku mencoba mengungkapkan keindahan pada tubuhnya. Perlahan aku menarik turun cup BH-nya.

Mata Nini terpejam. Perhatianku terfokus ke pentilnya yang berwarna kecoklatan. Lingkarannya tidak begitu besar sedang ujungnya begitu runcing dan kaku. Kuusap pentilnya lalu kupilin dengan jemariku. Nini mendesah. Mulutku turun ingin mencicipi toketnya. “Egkhh..” rintih Nini ketika mulutku melumat pentilnya. Kupermainkan dengan lidah dan gigiku. Sekali-sekali kugigit pentilnya lalu kuisap kuat-kuat sehingga membuat Nini menarik rambutku. Puas menikmati toket yang sebelah kiri, aku mencium toket Nini yang satunya yang belum sempat kunikmati.

Rintihan-rintihan dan desahan kenikmatan keluar dari mulut Nini. Sambil menciumi toket Nini, tanganku turun membelai perutnya yang datar, berhenti sejenak di pusarnya lalu perlahan turun mengitari lembah di bawah perut Nini. Kubelai pahanya sebelah dalam terlebih dahulu sebelum aku memutuskan untuk meraba nonok nya yang masih tertutup oleh celana jeans ketat yang dikenakan Nini. Aku secara tiba-tiba menghentikan kegiatanku lalu berdiri di samping dipan.

Nini tertegun sejenak memandangku, lalu matanya terpejam kembali ketika aku membuka kancing jeans warna hitamnya. Aku masih berdiri sambil memandang tubuh Nini yang tergolek di dipan, menantang. Kulitnya yang tidak terlalu putih membuat mataku tak jemu memandang. Perutnya begitu datar. Celana jeans ketat yang dipakainya terlihat terlalu longgar pada pinggangnya namun pada bagian pinggulnya begitu pas untuk menunjukkan lekukan pantatnya yang sempurna. Puas memandang tubuh Nini, aku lalu membaringkan tubuhku di sampingnya.

Kurapikan untaian rambut yang menutupi beberapa bagian pada permukaan wajah dan leher Nini. Kubelai lagi toketnya. Kucium bibirnya sambil kumasukkan air liurku ke dalam mulutnya. Nini menelannya. Tanganku turun ke bagian perut lalu menerobos masuk melalui pinggang celana jeans Nini yang memang agak longgar. Jemariku bergerak lincah mengusap dan membelai selangkangan Nini yang masih tertutup CDnya. jari tengah tanganku membelai permukaan CDnya tepat diatas nonok nya, basah.

Aku terus mempermainkan jari tengahku untuk menggelitik bagian yang paling pribadi tubuh Nini. Pinggul Nini perlahan bergerak ke kiri, ke kanan dan sesekali bergoyang untuk menetralisir ketegangan yang dialaminya. aku menyuruh Nini untuk membuka celana jeans yang dipakainya. Nini menurunkan reitsliting celana jeansnya. CD hitam yang dikenakannya begitu mini sehingga jembut keriting yang tumbuh di sekitar nonok nya hampir sebagian keluar dari pinggir CDnya.

Aku membantu menarik turun celana jeans Nini. Pinggulnya agak Niniikkan ketika aku agak kesusahan menarik celana jeans Nini. Akupun melepas pakeanku. Posisi kami kini sama-sama tinggal mengenakan CD. Tubuhnya semakin seksi saja. Pahanya begitu mulus. Memang harus kuakui tubuhnya begitu menarik dan memikat, penuh dengan sex appeal. Kami berpelukan. Dia menyentuh penisku dari luar CD ku. Nini melorotkan CD ku. Langsung penisku yang panjangnya kira-kira 18 cm serta agak gemuk dibelai dan digenggamnya.

Belaiannya begitu mantap menandakan Nini juga begitu piawai dalam urusan yang satu ini. “Tangan kamu pintar juga ya, Nes,”´ ujarku sambil memandang tangannya yang mengocok penisku. “Ya, mesti dong!” jawabnya sambil cekikikan. Jari-jariku masuk dari samping CD langsung menyentuh bukit nonok Nini yang sudah basah. Telunjukku membelai-belai itilnya sehingga Nini keenakan. “Diisep lagi Nes. Kan sekarang lebih leluasa” kataku. Nini tertawa sambil mencubit penisku.

Aku meringis. “”Nggak muat di mulut Nini, tadi dimobil kan cuma kepalanya yang masuk. Itu juga udah ampir gak muat. gede banget sih penisnya” selesai berkata demikian Nini langsung tertawa kecil. “Kalau yang dibawah, gimana, muat gak?” tanyaku lagi sambil menusukkan jari tengahku ke dalam nonok nya. Nini merintih sambil memegang tanganku. Jariku sudah tenggelam ke dalam liang nonok nya. Aku merasakan nonok nya berdenyut menjepit jariku. Ugh, pasti nikmat sekali kalau penisku yang diurut, pikirku. Segera CD nya kulepaskan.

Perlahan tanganku menangkap toketnya dan meremasnya kuat. Nini meringis. Diusapnya lembut penisku yang sudah keras banget. Tangannya begitu kreatif mengocok penisku sehingga aku merasa keenakan. Aku tidak hanya tinggal diam, tanganku membelai-belai toketnya yang montok.

Kupermainkan pentilnya dengan jemariku, sementara tanganku yang satunya mulai meraba jembut lebat di sekitar nonok Nini. kuraba permukaan nonok Nini. Jari tengahku mempermainkan itilnya yang sudah mengeras. penisku kini sudah siap tempur dalam genggaman tangan Nini, sementara nonok Nini juga sudah mulai mengeluarkan cairan kental yang kurasakan dari jemari tanganku yang mengobok-obok nonok nya. Kupeluk tubuh Nini sehingga penisku menyentuh pusarnya.

Tanganku membelai punggung lalu turun meraba pantatnya yang montok. Nini membalas pelukanku dengan melingkarkan tangannya di pundakku. Kedua telapak tanganku meraih pantat Nini, kuremas dengan sedikit agak kasar lalu aku menaiki tubuhnya. Kaki Nini dengan sendirinya mengangkang. Kuciumi lagi lehernya yang jenjang lalu turun melumat toketnya. Telapak tanganku terus membelai dan meremas setiap lekuk dan tonjolan pada tubuh Nini.

Aku melebarkan kedua pahanya sambil mengarahkan penisku ke bibir nonok nya. Nini mengerang lirih. Matanya perlahan terpejam. Giginya menggigit bibir bawahnya untuk menahan laju birahinya yang semakin kuat. Nini menatapku, matanya penuh nafsu seakan memohon kepadaku untuk memasuki nonok nya. “Aku ingin mengentoti kamu, Nes” bisikku pelan, sementara kepala penisku masih menempel di belahan nonok Nini. Kata ini ternyata membuat wajah Nini memerah.

Nini menatapku sendu lalu mengangguk pelan sebelum memejamkan matanya. aku berkonsentrasi penuh dengan menuntun penisku yang perlahan menyusup ke dalam nonok Nini. Terasa seret, memang, nikmat banget rasanya. Perlahan namun pasti penisku membelah nonok nya yang ternyata begitu kencang menjepit penisku. nonok nya begitu licin hingga agak memudahkan penisku untuk menyusup lebih ke dalam. Nini memeluk erat tubuhku sambil membenamkan kuku-kukunya di punggungku hingga aku agak kesakitan. Namun aku tak peduli. “Maas, gede banget, ohh..” Nini menjerit lirih.

Tangannya turun menangkap penisku. “Pelan mas”. Akhirnya penisku terbenam juga di dalam nonok Nini. Aku berhenti sejenak untuk menikmati denyutan-denyutan yang timbul akibat kontraksi otot-otot dinding nonok Nini. Denyutan itu begitu kuat sampai-sampai aku memejamkan mata untuk merasakan kenikmatan yang begitu sempurna. Kulumat bibir Nini sambil perlahan-lahan menarik penisku untuk selanjutnya kubenamkan lagi. Aku menyuruh Nini membuka kelopak matanya. Nini menurut.

Aku sangat senang melihat matanya yang semakin sayu menikmati penisku yang keluar masuk dari dalam nonokya. “Aku suka nonokmu, Nes.. nonokmu masih rapet” ujarku sambil merintih keenakan. Sungguh, nonok Nini enak sekali. “Kamu enak kan, Nes?” tanyaku lalu dijawab Nini dengan anggukan kecil. Aku menyuruh Nini untuk menggoyangkan pinggulnya. Nini langsung mengimbangi gerakanku yang naik turun dengan goyangan memutar pada pinggangnya. “Suka penisku, Nes?” tanyaku lagi. Nini hanya tersenyum. penisku seperti diremas-remas ditambah jepitan nonok nya. “Ohh.. hh..” aku menjerit panjang. Rasanya begitu nikmat.

Aku mencoba mengangkat dadaku, membuat jarak dengan dadanya dengan bertumpu pada kedua tanganku. Dengan demikian aku semakin bebas dan leluasa untuk mengeluar-masukkan penisku ke dalam nonok Nini. Kuperhatikan penisku yang keluar masuk dari dalam nonok nya. Dengan posisi seperti ini aku merasa begitu jantan. Nini semakin melebarkan kedua pahanya sementara tangannya melingkar erat di pinggangku.

Gerakan naik turunku semakin cepat mengimbangi goyangan pinggul Nini yang semakin tidak terkendali. “Nes.. enak banget, kamu pintar deh.” ucapku keenakan. “Nini juga, mas”, jawabnya. Nini merintih dan mengeluarkan erangan-erangan kenikmatan. Berulang kali mulutnya mengeluarkan kata, “aduh” yang diucapkan terputus-putus. Aku merasakan nonok Nini semakin berdenyut sebagai pertanda Nini akan mencapai puncak pendakiannya. Aku juga merasakan hal yang sama dengannya, namun aku mencoba bertahan dengan menarik nafas dalam-dalam lalu bernafas pelan-pelan untuk menurunkan daya rangsangan yang kualami.

Aku tidak ingin segera menyudahi permainan ini hanya dengan satu posisi saja. Aku mempercepat goyanganku ketika kusadari Nini hampir nyampe. Kuremas toketnya kuat seraya mulutku menghisap dan menggigit pentilnya. Kuhisap dalam-dalam. “Ohh.. hh.. mas..” jerit Nini panjang. Aku membenamkan penisku kuat-kuat ke nonok nya sampai mentok agar Nini mendapatkan kenikmatan yang sempurna. Tubuhnya melengkung indah dan untuk beberapa saat lamanya tubuhnya kejang. Kepalaku ditarik kuat terbenam diantara toketnya.

Pada saat tubuhnya menyentak-nyentak aku tak sanggup untuk bertahan lebih lama lagi. “Nes, aakuu.. keluaarr, Ohh.. hh..” jeritku. Nini yang masih merasakan orgasmenya mengunci pinggangku dengan kakinya yang melingkar di pinggangku. Saat itu juga aku memuntahkan peju hangat dari penisku. Kurasakan tubuhku bagai melayang. secara spontan Nini juga menarik pantatku kuat ke tubuhnya. Mulutku yang berada di belahan dada Nini kuhisap kuat hingga meninggalkan bekas merah pada kulitnya.

Telapak tanganku mencengkram toket Nini. Kuraup semuanya sampai-sampai Nini kesakitan. Aku tak peduli lagi. Aku merasakan nikmat yang tiada duanya ditambah dengan goyangan pinggul Nini pada saat aku mengalami orgasme. Tubuhku akhirnya lunglai tak berdaya di atas tubuh Nini. penisku masih berada di dalam nonok Nini. Nini mengusap-usap permukaan punggungku. “Nini puas sekali dientot mas,” katanya. Aku kemudian mencabut penisku dari nonok nya.

Aku masuk kembali ke rumah. Nini langsung masuk ke kamar mandi dan menyalakan shower . Aku bisa mendengarnya karena pintu kamar mandi tidak ditutup. Tak lama kemudian, shower terdengar berhenti dan Nini keluar. Ganti aku yg masuk ke kamar mandi, aku hanya membersihkan tubuhku. Keluar dari kamar mandi, Nini berbaring diranjang telanjang bulat. “Nes, kamu kok mau aku ajak ngentot”, kataku.

“Kan Nini dah lama gak ngerasain nikmatnya penis mas, penis mas besar lagi”, jawab Nini tersenyum. “Malem ini kita men lagi ya mas”. Hebat banget Nini, gak ada matinya. Pengennya dientot terus. “Ok aja, tapi sekarang kita cari makan dulu ya, biar ada tenaga bertempur lagi nanti malem”, kataku sambil berpakaian. Nini pun mengenakan pakaiannya dan kita pergi mencari makan malem. Kembali ke rumah sudah hampir tengah malem, tadi kita selain makan santai2 di pub dulu.

Di kamar kita langsung melepas pakaian masing2 dan bergumul diranjang. Tangan Nini bergerak menggenggam penisku. Aku melenguh seraya menyebut namanya. Aku meringis menahan remasan lembut tangannya pada penisku. Nini mulai bergerak turun naik menyusuri penisku yang sudah teramat keras.

Sekali-sekali ujung telunjuknya mengusap kepala penisku yang sudah licin oleh cairan yang meleleh dari lubang diujungnya. Kembali aku melenguh merasakan ngilu akibat usapannya. Kocokannya semakin cepat. Dengan lembut aku mulai meremas-remas toketnya.

Tangan Nini menggenggam penisku dengan erat. Pentilnya kupilin2. Nini masukan penisku kedalam mulutnya dan mengulumnya. Aku terus menggerayang toketnya, dan mulai menciumi toketnya. Napsuku semakin berkobar. Jilatan dan kuluman Nini pada penisku semakin mengganas sampai-sampai aku terengah-engah merasakan kelihaian permainan mulutnya. Aku membalikkan tubuhnya hingga berlawanan dengan posisi tubuhku. Kepalaku berada di bawahnya sementara kepalanya berada di bawahku.

Kami sudah berada dalam posisi enam sembilan! Lidahku menyentuh nonok nya dengan lembut. Tubuhnya langsung bereaksi dan tanpa sadar Nini menjerit lirih. Tubuhnya meliuk-liuk mengikuti irama permainan lidahku di nonok nya. Kedua pahanya mengempit kepalaku seolah ingin membenamkan wajahku ke dalam nonok nya. penisku kemudian dikempit dengan toketnya dan digerakkan maju mundur, sebentar. Aku menciumi bibir nonok nya, mencoba membukanya dengan lidahku. Tanganku mengelus paha bagian dalam. Nini mendesis dan tanpa sadar membuka kedua kakinya yang tadinya merapat.

Aku menempatkan diri di antara kedua kakinya yang terbuka lebar. penis kutempelkan pada bibir nonok nya. Kugesek-gesek, mulai dari atas sampai ke bawah. Naik turun. Nini merasa ngilu bercampur geli dan nikmat. nonok nya yang sudah banjir membuat gesekanku semakin lancar karena licin. Nini terengah-engah merasakannya. Aku sengaja melakukan itu. Apalagi saat kepala penisku menggesek-gesek itilnya yang juga sudah menegang. “Maas.?” panggilnya menghiba. “Apa Nes”, jawabku sambil tersenyum melihatnya tersiksa. “Cepetan..” jawabnya. Aku sengaja mengulur-ulur dengan hanya menggesek-gesekan penis. Sementara Nini benar-benar sudah tak tahan lagi mengekang birahinya. “Nini sudah pengen dientot mas”, katanya. Nini melenguh merasakan desakan penisku yang besar itu.

Nini menunggu cukup lama gerakan penisku memasuki dirinya. Serasa tak sampai-sampai. Maklum aja, selain besar, penisku juga panjang. Nini sampai menahan nafas saat penisku terasa mentok di dalam, seluruh penisku amblas di dalam. Aku mulai menggerakkan pinggulnya pelan2. Satu, dua dan tiga enjotan mulai berjalan lancar. Semakin membanjirnya cairan dalam nonok nya membuat penisku keluar masuk dengan lancarnya. Nini mengimbangi dengan gerakan pinggulnya. Meliuk perlahan.

Naik turun mengikuti irama enjotanku. Gerakan kami semakin lama semakin meningkat cepat dan bertambah liar. Gerakanku sudah tidak beraturan karena yang penting enjotanku mencapai bagian-bagian peka di nonok nya. Nini bagaikan berada di surga merasakan kenikmatan yang luar biasa ini. penisku menjejali penuh seluruh nonok nya, tak ada sedikitpun ruang yang tersisa hingga gesekan penisku sangat terasa di seluruh dinding nonok nya.

Nini merintih, melenguh dan mengerang merasakan semua kenikmatan ini. Nini mengakui keperkasaan dan kelihaianku di atas ranjang. Yang pasti Nini merasakan kepuasan tak terhingga ngentot denganku. Aku bergerak semakin cepat. penisku bertubi-tubi menusuk daerah-daerah sensitivenya. Nini meregang tak kuasa menahan napsu, sementara aku dengan gagahnya masih mengayunkan pinggulku naik turun, ke kiri dan ke kanan. Erangannya semakin keras. Melihat reaksinya, aku mempercepat gerakanku. penisku yang besar dan panjang itu keluar masuk dengan cepatnya. Tubuhnya sudah basah bermandikan keringat.

Aku pun demikian. Nini meraih tubuhku untuk didekap. Direngkuhnya seluruh tubuhku sehingga aku menindih tubuhnya dengan erat. Nini membenamkan wajahnya di samping bahuku. Pinggul nya diangkat tinggi-tinggi sementara kedua tangannya menggapai pantatku dan menekannya kuat-kuat. Nini meregang. Tubuhnya mengejang-ngejang. “maas..”, hanya itu yang bisa keluar dari mulutnya saking dahsyatnya kenikmatan yang dialaminya bersamaku. Aku menciumi wajah dan bibirnya.

Nini mendorong tubuhku hingga terlentang. Dia langsung menindihku dan menciumi wajah, bibir dan sekujur tubuhku. Kembali diemutnya penisku yang masih tegak itu. Lidahnya menjilati, mulutnya mengemut. Tangannya mengocok-ngocok penisku. Belum sempat aku mengucapkan sesuatu, Nini langsung berjongkok dengan kedua kaki bertumpu pada lutut dan masing-masing berada di samping kiri dan kanan tubuhku. Nonok nya berada persis di atas penisku. “Akh!” pekiknya tertahan ketika penisku dibimbingnya memasuki nonok nya. Tubuhnya turun perlahan-lahan, menelan seluruh penisku. Selanjutnya Nini bergerak seperti sedang menunggang kuda. Tubuhnya melonjak-lonjak.

Pinggulnya bergerak turun naik. “Ouugghh. Nes.., luar biasa!” jeritku merasakan hebatnya permainannya. Pinggulnya mengaduk-aduk lincah, mengulek liar tanpa henti. Tanganku mencengkeram kedua toketnya, kuremas dan dipilin-pilin. Aku lalu bangkit setengah duduk. Wajah kubenamkan ke dadanya. Menciumi pentilnya. Kuhisap kuat-kuat sambil kuremas-remas. Kami berdua saling berlomba memberi kepuasan.

Kami tidak lagi merasakan panasnya udara meski kamar menggunakan AC. Tubuh kami bersimbah peluh, membuat tubuh kami jadi lengket satu sama lain. Nini berkutat mengaduk-aduk dengan pinggulnya. Aku menggoyangkan pantatku. Tusukan penisku semakin cepat seiring dengan liukan pinggulnya yang tak kalah cepatnya. Permainan kami semakin meningkat dahsyat. Sprei ranjang sudah tak karuan bentuknya, selimut dan bantal serta guling terlempar berserakan di lantai akibat pergulatan kami yang bertambah liar dan tak terkendali. AKu merasa pejuku udah mau nyembur.

Aku semakin bersemangat memacu pinggulku untuk bergoyang. Tak selang beberapa detik kemudian, Nini pun merasakan desakan yang sama. Nini terus memacu sambil menjerit-jerit histeris. Aku mulai mengejang, mengerang panjang. Tubuhnya menghentak-hentak liar. Akhirnya, pejuku nyemprot begitu kuat dan banyak membanjiri nonok nya. Nini pun rasanya tidak kuat lagi menahan desakan dalam dirinya.

Sambil mendesakan pinggulnya kuat-kuat, Nini berteriak panjang saat mencapai puncak kenikmatan berbarengan denganku. Tubuh kami bergulingan di atas ranjang sambil berpelukan erat. “maas., nikmaat!” jeritnya tak tertahankan. Nini lemes, demikian pula aku. Tenaga terkuras habis dalam pergulatan yang ternyata memakan waktu lebih dari 1 jam!

Akhirnya kami tertidur kelelahan. Liar sekali Nini diranjang, baru sekali aku nemu abg seliar Nini, tetapi dia telah memberikan kenikmatan yang luar biasa yang belum pernah aku dapatkan dari abg lainnya yang pernah kuentot

Related Posts :

0 Response to "Petik Mangga 69 - Presenter TV yang Berbulu Lebat Wangi"

Post a Comment